SIKAP

Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan
untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk
pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi
tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide,
orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004).
Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya
suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menetukan kecendrungan
perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap
diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan
masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang
kita hadapi saat ini (Azwar, 2005).
Azwar (2005), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran.
Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada
objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Ketiga skema triadik (triadic schema).
Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi
didalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek.
Para ahli Psikologi sosial mengklasifikasikan pemikiran tentang sikap, dalam dua pendekatan.
Pendekatan yang pertama memandang sikap
sebagai kombinasi reaksi aktif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek (Breckler, 1984; Katz
&Stotland, 1959; Rajecki, 1982; dalam Brehm & Kassin, 1990; dalam Azwar, 2005). Di sini Secord dan Bacman (1964) membagi sikap menjadi tiga komponen
yaitu Komponen kognitif, adalah komponen
yang terdiri dari pengetahuan. Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif.
Komponen konatif, adalah komponen
sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. Pendekatan kedua ialah pendekatan yang timbul karena adanya
ketidakpuasan atas penjelasan mengenai
inkonsistensi yang terjadi diantara ketiga komponen kognitif, afektif, dan perilaku dalam membentuk
sikap (Brehm & Kassian, 1990).
Psikolog sosial memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya kerena sikap itu sulit untuk
diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi
pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku
individu terutama terjadi saat sikap yang
dimiliki kuat dan mantap (Baron, 2004).
Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi
perasaan dan kecenderungan potensial
untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang
saling bereaksi didalam memahami, merasakan
dan berperilaku terhadap suatu objek.
- Komponen Sikap
Sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif, adalah
komponen yang terdiri dari pengetahuan.
Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya
dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk
berperilaku yang berhubungan dengan
objek sikap (dalam Azwar, 2005).
Mann (dalam Azwar, 2005) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype
yang dimilki individu mengenai
sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
Kompoenen afektif merupakan perasaan
individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh
yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu.
- Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap
dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap tertentu. Dalam
interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang
satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk
pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2005).
- Sikap dan Perilaku
Sikap
menjadi perilaku dapat dilihat dalam dua pendekatan. Pertama, teori perilaku beralasan mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia
memandang perbuatan itu positif dan
ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.
Kedua,
teori perilaku terencana menyatakan keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada
norma-norma subjektif, dan pada
control perilaku yang dihayati. Sikap terhadap sutu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan
atau tidak diinginkan.
- Konsistensi Sikap-Perilaku
Sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari
oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap
stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkantidak menyenangkan, yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap
objek sikap. Potensi reaksi itu akhirnya dinytakan dalam bentuk reaksi perilaku yang konsisten atau
sesuai apabila individu dihadapkan pada
stimulus sikap.
Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan
oleh factor-faktor situasional tertentu kondisi
apa, waktu apa, dan situasi bagaimana saat individu tersebut harus mengekspresikan sikapnya
merupakan sebagian dari determinan-determinan yang sangat berpengaruh terhadap
konsistensi antara sikap dengan
pernytaannya dan antar pernytaan sikap dan perilaku. Sikap seharusnya dipandang sebagai suatu predisposisi untuk berprilaku yang akan tampak actual
hanya bila kesempatan untuk menyatakannya
terbuka luas. Mann(1969) mengatakan bahwa sekalipun sikap merupakan predisposisi evaluative yang banyak menetukan bagaimann individu bertindak, akan
tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali
jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan
tetapi oleh berbagai factor eksternal lainnnya.
Pada dasarnya, sikap memang lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat
umum atau social, karena itu tindakan
lebih peka terhadap tekanan-tekan sosial.
- Perubahan Sikap
Proses
perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau pengendalian
situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perbahan sikap ke arah yang
dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi diperoleh dari pemamahaman mengenai
organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses
perubahan sikap.
Pada
teori Kelman (dalam Azwar, 2005) ditunjukkan bagaimana sikap dapat berubah
melaui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan
terjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari
kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperolah reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi terjadi saat individu
meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan
sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubungan
yang menyenangkan antara individu dengan pihak lain termaksud. Internalisasi terjadi
saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh itu
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan
sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya (Azwar, 2005).
Proses
mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung pada
sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan
masing-masing proses terjadinya pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi
perubahan sikap (Kelman, dalam Azwar 2005).
0 comments:
Posting Komentar